Selasa, 23 September 2014

ISSUE#1

Assalamualaikum Padmanaba! :D

Bagaimana kabarnya? Sudah Sholat hari ini? Hehehe.
Semoga selalu baik dan selalu berada dalam Lindungan Allah.

Oke, Pada BAB awal ini kita akan membahas tentang awal perjuangan kita. Tahu apa yang akan kita bahas di bab ini?
Ya, Kita akan membahas tentang Musholla kita tercinta yang inshaallah akan segera menjadi Masjid, namanya Musholla An Nur...



Sebagai anak Padmanaba, pasti pernah, dong denger atau minimal pernah Sholat di Musholla tercinta tersebut...
Tapi, pernahkan ada yang bertanya, kenapa namanya An Nur? Bukan Al Baqarah atau An Nas? Atau kapan sebenarnya Mushola itu dibangun? Dan siapa yang membangun? Penasaran? Mari kita Bahas satu per satu...

Kenapa An Nuur?
Jadi, #FYI anak Padmanaba, sejak zaman dahulu sudah terkenal Cerdas, Religius dan Visioner. Karena itulah, hanya anak yang Visioner, Cerdas dan Religius yang mampu memahaminya. Oke, berikut ini alasan yang kami kumpulkan, Let’s Check it out.


1. An Nur Merupakan Nama Surah dalam Al-Quran


Bagi yang belum Mengetahui, An Nur dalam bahasa Indonesia artinya adalah cahaya.
An-Nur, bagi yang sering membaca Al-Quran pasti juga mengetahui bahwa An-Nur juga merupakan nama surah dari Al-Quran. Tepatnya surat yang ke-24, berisi 64 Ayat.

Bagi yang belum membaca Surah An-Nur, Kami Harap Segera  memBaca dan meResapi serta coba di renungkan arti dan kandungan dari Surat An-Nur Tersebut. Pasti kita semua akan kaget ketika kita menyadari beberapa hal yang tertulis di dalamnya dapat terlihat dengan jelas di sekitar kita....


2. Teratai Nggak akan tumbuh tanpa Cahaya


           
See? Ya, begitulah, bahkan bangsa ini nggak akan ada tanpa ada cahaya Illahi tersebut. Bahkan hal ini disampaikan dalam Pembukaan UUD 45 yang tentunya sudah sering kita dengar tiap upacara.
Ya, inilah yang ingin pendahulu kita sampaikan secara tersirat kepada generasi selanjutnya. bahwa sebuah kebaikan, niat luhur, dan perbuatan harus mengarah kepada Cahaya Illahi tersebut agar kita mendapatkan bunga atau hasil dari kebaikan tersebut. Seperti sebuah tumbuhan yang melakukan Fototropisme, begitulah kita Padmanaba seharusnya. Selalu menuju ke arah cahaya, bukan ke kantin #eh.
Karena tanpa cahaya tersebut, bangsa ini (dan kita) hanya seperti tanaman yang mengalami Etiolasi, walaupun terlihat tinggi (Kaya, Ganteng, Cantik) namun lemah dan cepat atau lambat akan mengalami kematian atau kehancuran karena ulahnya sendiri.

3. Cahaya adalah sumber Energi



Kalau nggak percaya, coba cek di Lapangan Tengah. Disana ada alat penghasil listrik dari tenaga surya bantuan dari PLN dan Pertamina buat nge-charge HP. Iya kan?
Ya, karena itu diharapkan Musholla kita itu dijadikan tempat buat nge-charge energi kita lagi. Seperti para sahabat yang tambah semangat setelah Sholat. Seperti itulah yang diharapkan pendahulu kita, kita tambah semangat untuk beraktivitas, berdakwah, dan beribadah setelah kita mengunjungi Musholla. Entah itu karena mentoring, kumpul bareng temen-temen, musholla lah tempat kita men-charge energi dan Iman kita tersebut!

4. Cahaya itu bisa sebagai Gelombang dan Partikel


Seperti Pembangunan Masjid pada zaman Rasulullah, Masjid nggak cuma sebagai tempat Sholat, tetapi juga sebagai tempat menuntut ilmu, istirahat, dan bahkan juga mengatur strategi perang!


Seperti pendekatan cahaya itu sebagai gelombang ataukah sebagai partikel. Hal itu bergantung pada kondisi yang kita ketahui, yang paling utama adalah hal itu tidak mengubah bahwa cahaya itu tetaplah cahaya. Seperti Itulah yang diharapkan pendahulu kita, Musholla nggak cuma sebagai tempat buat Sholat, tapi juga tempat yang bisa digunakan untuk menuntut ilmu, syuro’, dan juga istirahat. Yang terpenting, semua itu adalah sarana kita untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah, seperti yang selama ini sering kita lihat. Asal jangan buat berduaan aja, sih #eh.


Jadi, sudah paham, kan, dengan beberapa Alasan Kenapa Nama Musholla kita adalah An-Nuur? Yuk, mari menjadi pribadi yang peka dan pandai-pandai mengambil hikmah, karena ternyata banyak pelajaran berharga yang kita lewatkan di sekitar kita.


Hikmah adalah harta orang mukmin yang hilang.
Di mana saja menemukannya, dia lebih berhak untuk mengambilnya.
(Riwayat Tirmidzi, Ibnu Majah)



Sekian artikel kami kali ini. A
rtikel tadi adalah beberapa alasan dan hikmah yang telah kami peroleh dan renungi. Mohon maaf bila terdapat banyak kesalahan.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakkatuh.


P.S.: ini Masih ISSUE#1 lho. Masih penasaran dengan kelanjutannya? Tunggu Al-Kitāb al-mukhtaṣar fī ḥisāb al-jabr wa-l-muqābala karya Al-Khawarizmi selanjutnya...

FN70

Kamis, 14 Maret 2013

Cerita Kemarin

Ini pengalaman pribadi saya ketika lagi ngurus Kartu Tanda Penduduk di kantor kecamatan. Siang itu sebenarnya saya lagi tergesa-gesa, tapi masih diminta antri untuk pengambilan foto KTP. Karena nggak mau menunda lagi akhirnya saya putuskan untuk menunggu sajalah dengan sabar. Tidak lama giliran saya tiba dan saya dipanggil bersamaan dengan seorang mbak-mbak yang ternyata usianya cuman beberapa minggu lebih muda dari saya. Segera saya selesaikan urusan saya dengan seorang bapak pegawai, cek identitas, ambil foto, dan akhirnya saya disuruh kembali dalam beberapa hari untuk mengambil KTP. Ketika membereskan barang-barang dan bersiap untuk pergi, tidak sengaja saya mendengar percakapan bapak pegawai kantor kecamatan dengan mbak-mbak tadi.

"Lahir --  Oktober 1995?"
"Iya, Pak. Maaf di situ agama saya tertulis apa ya?"
"Islam, Mbak"
"Kalau mau merubah identitas agama saya bagaimana caranya?"
*mengecek fotokopian kartu keluarga yang dilampirkan berikut berkas form lainnya* "Di sini islam tuh mbak"
"Iya, Pak, sekarang saya --------"
"Oh, berarti dulunya Islam sekarang --------?"
"Iya, Pak, gimana cara nggantinya ya, Pak?"
"Kalau begitu kan ada bukti pas pindah to mbak? Itu nanti dilampirkan saja. Sekarang foto dulu aja ya, Mbak"

Lama saya cuman bisa ngeliatin bapak pegawai dan si mbak tadi. Rasanya, saya baru saja kehilangan seorang saudara. Beneran kalau saya nggak ingat keadaan mungkin saya udah ngomong dan tanya yang aneh-aneh sama si mbak. Yah, saya akhirnya hanya bisa menghela nafas dan memohon perlindungan Allah SWT. Semoga saya, saudara-saudara saya, dan teman-teman saya selalu dilindungi oleh-Nya dan selalu diberikan rahmat dan hidayah-Nya.

Rabu, 23 Januari 2013

Tenang, bro...

Karena amanah tidak pernah memilih orang yang salah...

Maka sahabat, jangan takut dan gelisah dengan apa yang sedang sahabat jalani.
Barangkali sekarang terasa berat, membebani hati dan pikiran,
tapi kita tak pernah tahu skenario apa yang Alloh Berikan pada kita di balik semua peristiwa ini,
Maka apapun kondisi sahabat semua, tenanglah..

Sabar dan ikhlas lah...
Ini pasti yang terbaik buat hambaNya,
yakin , Alloh pasti memilihkan jalan cerita yang terbaik bagi kita semua :)
Yang perlu kita lakukan, keep khusnudzon sama Alloh, jalani yang terbaik dengan kemampuan kita :D

SEMANGAT karena ALLOH yaaaaa !!! \(^_______^)/"

Kamis, 20 Desember 2012

Ayat of The Day


لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ ﴿٦﴾
“Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku."
(QS. Al Kafirun : 6)

Ibu, Jihadnya dalam pandangan Islam



Bahaz Ibnu Hakim, dari ayahnya, dari kakeknya Radliyallaahu ‘anhu berkata:
Aku bertanya: Wahai Rasulullah, kepada siapa aku berbuat kebaikan?. Beliau bersabda: “Ibumu.” Aku bertanya lagi: Kemudian siapa?. Beliau bersabda: “Ibumu.” Aku bertanya lagi: Kemudian siapa?. Beliau bersabda: “Ibumu.” Aku bertanya lagi: Kemudian siapa?. Beliau bersabda: “Ayahmu, lalu yang lebih dekat, kemudian yang lebih dekat.” 
(HR Abu Dawud dan Tirmidzi)

Islam mengajarkan bahwa kaum ibu merupakan pihak yang sangat istimewa dan tinggi derajatnya. Oleh karena itu kita sangat akrab dengan hadits yang menjelaskan keharusan seorang sahabat agar memprioritaskan berbuat baik kepada ibunya. Bahkan Nabi shollallahu ‘alaih wa sallam menyebutkan keharusan tersebut sebanyak tiga kali sebelum beliau akhirnya juga menganjurkan sahabat tadi agar berbuat baik kepada ayahnya. Jadi ibaratnya keharusan menghormati dan berbuat baik seorang anak kepada ibunya sepatutnya lebih banyak tiga kali lipat daripada penghormatan dan perilaku baiknya terhadap sang ayah.

Kita juga sangat akrab dengan hadits yang menyebutkan beberapa dosa besar dimana salah satunya ialah durhaka kepada kedua orangtua, yaitu ayah dan ibu. Di antaranya disebutkan sebagai berikut:
Dari Anas ia berkata: Nabi shollallahu ‘alaih wa sallam ditanya mengenai dosa-dosa besar, maka beliau bersabda: “Mempersekutukan Allah, durhaka kepada kedua orang-tua, membunuh jiwa dan kesaksian palsu.”
(HR Bukhary)
Bahkan di dalam hadits lainnya disebutkan bahwa kedua orang-tua merupakan faktor yang sangat besar mempengaruhi apakah seseorang bakal menuju ke surga ataukah ke neraka. Artinya, perilaku baik seseorang kepada kedua orang-tuanya bakal memperbesar kemungkinannya berakhir di dalam rahmat Allah dan surga-Nya. Sedangkan kedurhakaannya kepada kedua orang-tua bakal memperbesar kemungkinan hidupnya berakhir di dalam murka Allah dan neraka-Nya.
Dari Abi Umamah ia berkata: “Ada seorang lelaki berkata: “Ya Rasulullah, apakah hak kedua orang-tua atas anak mereka?” Rasulullah shollallahu ‘alaih wa sallam bersabda: “Keduanya (merupakan) surgamu dan nerakamu.” (HR Ibnu Majah)
Hal ini sejalan dengan hadits berikut ini: Dari Abdullah Ibnu Amar al-’Ash Radliyallaahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Keridhaan Allah tergantung kepada keridhaan orang tua dan kemurkaan Allah tergantung kepada kemurkaan orang tua.” (HR Tirmidzi)
Namun yang menarik ialah ditemukannya hadits yang secara khusus mengungkapkan haramnya durhaka kepada sang ibu. Sedangkan hal ini tidak kita temukan dalam kaitan dengan larangan berlaku durhaka kepada sang ayah. Sudah barang tentu ini tidak berarti bahwa berlaku durhaka kepada fihak ayah dibenarkan. Yang jelas dengan adanya larangan khusus berlaku durhaka kepada fihak ibu cuma menunjukkan betapa ajaran Islam sangat menjunjung tinggi martabat kaum ibu.
Bersabda Nabi shollallahu ‘alaih wa sallam: “Allah melarang kalian durhaka kepada ibu kalian.”(HR Bukhary)
Dalam hadits lain kita juga dapati bagaimana Islam menyuruh menghormati ibu sekalipun ia bukan orang beriman seperti hadits yang diriwayatkan oleh Asma puteri sahabat Abu Bakar Ash-Shiddiq berikut ini:
Asma binti Abu Bakar berkata: “Telah datang kepadaku ibuku dan dia seorang wanita musyrik di zaman Rasulullah shollallahu ‘alaih wa sallam. Maka aku datang kepada Rasulullah shollallahu ‘alaih wa sallam meminta fatwa beliau. Aku bertanya kepada beliau: “Telah datang kepadaku ibuku sedangkan ia punya suatu keperluan. Apakah aku penuhi permintaan ibuku itu?” Maka Nabi shollallahu ‘alaih wa sallam bersabda: “Iya, penuhilah permintaan ibumu itu.” (HR Bukhary)
Mengapa kaum ibu sedemikian diutamakan? Karena mereka adalah pihak yang sejak masih mengandung anak saja sudah merasakan beban memikul tanggung-jawab membesarkan anak-anaknya. Mereka adalah pendamping, penyayang, pengasuh dan pengajar pertama dan utama bagi seorang anak. Ibu adalah fihak yang paling banyak direpotkan oleh anak semenjak mereka masih kecil. Begitu lahir anak menuntut air susu ibunya. Keinginan minum ASI seringkali tidak pandang waktu. Bisa jadi seorang ibu di tengah malam “terpaksa” bangun mengorbankan waktu istirahatnya demi menyusui buah hatinya.
Seorang ibu juga direpotkan ketika anaknya ngompol dan buang air besar. Ibulah yang biasanya harus mencebok dan membersihkan anaknya. Semakin ikhlas seorang ibu mengerjakan semua aktifitas tadi maka semakin melekatlah si anak kepada dirinya. Di balik segala kerepotan tadi sesungguhnya terjalinlah ikatan hati yang semakin kokoh antara ibu dan anak. Itulah sebabnya ketika seseorang sudah dewasa sekalipun, tatkala dalam kesepian tidak jarang rasa rindu akan belaian tangan ibunya yang penuh kasih sayang terkenang kembali.
Dalam pepatah Arab ada ungkapan berbunyi Al-Ummu madrasah (ibu adalah sekolah). Benar, saudaraku. Seorang ibu merupakan sekolah pertama bagi setiap anak. Ibulah yang pertama kali mengajarkan banyak pelajaran awal tentang kehidupan kepada anak. Apalagi di zaman penuh fitnah seperti sekarang dimana al-ghazwu al-fikri (perang pemikiran/ perang budaya/ perang ideologi) datang menyerbu rumah-rumah kaum muslimin. Serbuan itu datang dari berbagai penjuru. Bisa dari televisi, internet, facebook, buku bacaan, komik, majalah, nyanyian, musik, pergaulan bahkan dari sekolah formal…! Maka kehadiran seorang ibu yang memiliki wawasan pengetahuan luas menjadi laksana penjaga benteng terakhir bagi anak-anaknya. Ibulah yang bertugas membentengi, memfilter dan mengarahkan anak-anak menghadapi berbagai serbuan perang budaya tadi.
Di masa kita dewasa ini saat mana faham ateisme, materialisme, sekularisme, liberalisme dan pluralisme begitu dominan mewarnai kehidupan masyarakat dunia, maka kehadiran seorang ibu sendirian mendampingi anak-anaknya kadang dirasa kurang memadai. Sehingga kerjasama antara ayah-mukmin dan ibu-mukminah sangat diperlukan. Dalam dunia modern anak-anak kita sangat perlu pengarahan yang sangat kokoh dan kompak dari kedua orang-tuanya sekaligus untuk meng-counter serangan musuh-musuh Islam yang pengaruh buruknya semakin hari semakin hegemonik.
Betapapun, seorang ayah tidak mungkin diharapkan untuk terus-menerus berada di rumah karena tuntutan mencari ma’isyah (penghasilan) bagi anak-isterinya. Oleh karenanya kehadiran dan keaktifan peran seorang ibu di rumah mendampingi anak-anaknya menjadi sangat strategis. Oleh karenanya Nabi shollallahu ‘alaih wa sallam menyetarakan hadir dan aktifnya seorang ibu mendampingi anak-anaknya di rumah dengan aktifitas jihad fi sabilillah yang dilakukan oleh kaum pria di medan perang menghadapi musuh-musuh Allah.
Dari Anas Radhiyallahu ‘anhu ia berkata: Kaum wanita datang menghadap Rasulullah shollallahu ‘alaih wa sallam bertanya: “Ya Rasulullah, kaum pria telah pergi dengan keutamaan dan jihad di jalan Allah. Adakah perbuatan bagi kami yang dapat menyamai ‘amal para mujahidin di jalan Allah?” Maka Rasulullah shollallahu ‘alaih wa sallam bersabda: “Barangsiapa di antara kalian berdiam diri di rumahnya maka sesungguhnya ia telah menyamai ‘amal para mujahidin di jalan Allah.” (HR Al-Bazzar)
Wahai kaum ibu, ikhlaslah dan sabarlah menjaga pos jihad kalian.
Didiklah generasi masa depan calon-calon mujahidin dan mujahidat fii sabilillah harapan ummat….!

sumber: http://www.eramuslim.com/akhwat/muslimah/jihad-para-ibu-dalam-pandangan-islam.htm#.UNO2d-RQHqE

Sabtu, 01 Desember 2012

NEWS | Terus Langgar Gencatan Senjata, Mujahidin Peringatkan Zionis



2 December 2012, 09:19.

JAKARTA, Ahad (SahabatAlAqsha.com): Sejak gencatan senjata antara Hamas dengan ‘Israel’ disepakati pada tanggal 21 Nopember lalu, Zionis ‘Israel’ tercatat sudah 16 kali melanggar kesepakatan.
Sayap bersenjata Jihad Islam, Brigade Al-Quds memperingatkan Zionis atas pelanggaran-pelanggaran tersebut yang bisa memancing serangan balik dari pihaknya.
Seperti dikutip dari Maan News, dalam pernyataannya, Brigade Al-Quds mengatakan, “Pelanggaran yang mencolok dan terus berlangsung oleh Zionis akan melemahkan kesepakatan dan memaksa para faksi untuk menanggapi dengan cara yang sesuai.”
Brigade Al-Quds menyebutkan, penembakan sejumlah warga Palestina di dekat perbatasan, penangkapan para nelayan, pengawasan dan rencana-rencana militer di langit Gaza, serta serangan terbaru Zionis Ahad kemarin di Jalur Gaza adalah bentuk pelanggaran Zionis terhadap kesepakatan gencatan senjata.
Sejak gencatan senjata berlaku efektif, pihak Palestina tidak menembakkan satu roket pun.
Situs occupiedpalestine.wordpress.com melaporkan, Sabtu (1/12) dini hari, Zionis melakukan serangan ke Gaza dan menyebabkan empat warga terluka, seorang yang terluka parah dilaporkan tewas dan seorang lainnya kehilangan kakinya.
Update serangan Zionis ini dikabarkan lewat Twitter dengan hashtag #Gazaunderattack. Seperti dilaporkan oleh akun @MohammedAShaban Ahad kemarin, “Lagi-lagi pelanggaran gencatan senjata. Artileri Zionis serang Timur Deir El-Balah dengan satu proyektil dan menyebabkan empat warga terluka.”
Lalu akun @Noor_Harazeen menyebutkan, “Empat warga terluka dalam serangan Zionis terbaru. Dua dari mereka dibawa ke rumah sakit Syifa (Satu orang kehilangan kakinya dan satu orang lagi tewas)." 
(MR/ Sahabat al-Aqsha)

Beberapa anggota regu pasukan penembak jitu Brigade Al-Quds, lengkap dengan pakaian kamuflasenya, siap menghadapi tentara Zionis jika berani-berani memasuki tanah Gaza. foto: Saraya Al-Quds

Nyontek: Apa dan Mengapa


Takut menghadapi ujian mungkin merupakan sesuatu yang wajar,
akan tetapi jika ketakutan tersebut mengantarkan seseorang
menjadi nyontek ketika ujian, itu baru tidak wajar.

Apa itu nyontek?
Nyontek adalah membawa catatan khusus untuk dapat disalin ketika ujian atau meniru pekerjaan orang lain dengan cara yang tidak dibenarkan (curang). Tindakan nyontek hanya dilakukan oleh orang-orang yang lemah imannya, yang dirinya lupa bahwa Allah selalu mengawasinya.

Apakah nyontek itu dosa?
Ketika seorang siswa berniat untuk menyontek, tentu ia akan mencari cara bagaimana agar tidak ketahuan oleh sang pengawas. Saat posisi dan waktu telah dirasa aman, mulailah si siswa melakukan aksinya yaitu “menyontek” dengan perasaan dag dig dug takut kalau-kalau aksinya ketahuan oleh sang pengawas. Sungguh apa yang telah dilakukan oleh si siswa tadi sangat sesuai dengan apa yang disabdakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

“Kebajikan adalah bagusnya akhlak, sedangkan dosa adalah sesuatu yang menggelisahkan jiwamu dan kamu tidak suka apabila hal itu diketahui oleh orang lain.” (HR.Muslim, no 4633).
Nyontek itu sepele?
Kalaulah kita terima pendapat ini yaitu bahwa nyontek merupakan perbuatan yang sepele dan hanya merupakan dosa kecil, maka alangkah indahnya perkataan Ibnul Mu’taz ini:

Tinggalkanlah dosa baik yang kecil ataupun yang besar, maka itulah takwa…Jadilah seperti orang yang berjalan di atas tanah yang berduri, tentu ia akan berhati-hati dari apa yang dilihatnya… Janganlah engkau meremehkan dosa-dosa kecil, karena gunungpun adalah dari kerikil…” 
(Jami’ul Ulum wal Hikam, hal 212. Cet Darul Aqidah)
Namun, jika kita cermati lebih dalam tentang perkara nyontek ini, ternyata nyontek adalah sebuah perkara yang sangat mengerikan dan dianggap besar di dalam Islam. Rasullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Barangsiapa yang berbuat curang, maka ia bukan termasuk golongan kita”
(HR. Muslim, no 146)

Jangan hancurkan harga dirimu!
Ibnu Mas’ud meriwayatkan sebuah hadits dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwasanya beliau bersabda:
“Sesungguhnya kejujuran adalah sebuah kebajikan, sedangkan kebajikan akan menuntun seseorang menuju surga. Sesungguhnya seorang hamba bermaksud untuk jujur sampai ia tercatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Adapun sesungguhnya kedustaan adalah sebuah kekejian, sedangkan kekejian akan menuntun seseorang menuju neraka. Sesungguhnya seorang hamba bermaksud untuk dusta sampai ia tercatat di sisi Allah sebagai seorang pendusta.”
(HR. Muslim, no 4720).
Maukah kita dicap oleh Allah sebagai seorang pendusta hanya gara-gara kita membiasakan diri untuk selalu menyontek ketika ujian? Sungguh betapa buruk gelar sebagai seorang pendusta!
Apabila seseorang pernah tertangkap basah menyontek, mungkin orang-orang disekitarnya akan menjadi ragu tentang kejujuran dirinya. Gerak-geriknya menjadi selalu diawasi karena khawatir ia akan melakukan sebuah kecurangan. Orang bertipe penyontek akan selalu berusaha mencari-cari kesempatan untuk berbuat curang demi keuntungan pribadinya.

Jangan lemah, berusaha dan mintalah pertolongan kepada Allah
Banyak faktor yang mendorong seseorang untuk nyontek; malas belajar, belum siap menghadapi ujian, ingin mendapatkan nilai yang tinggi dengan cara yang instan, ketakutan yang berlebihan jika gagal ujian, kurang pe de dengan kemampuan diri sendiri dan lain-lain.
Seorang muslim tatkala ia berusaha untuk menggapai sesuatu yang diinginkannya hendaklah ia selalu memohon pertolongan kepada Allah agar dimudahkan urusannya serta mendapatkan keberkahan dari Allah. Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Bersemangatlah dalam menggapai sesuatu yang memberimu manfaat dan mintalah pertolongan kepada Allah serta janganlah kamu merasa lemah. Apabila sesuatu (yang tidak menyenangkan) menimpamu, janganlah kamu mengatakan ‘seandainya tadi aku berbuat demikian, niscaya (hasilnya) adalah demikian dan demikian…’, akan tetapi ucapkanlah ‘semuanya telah ditakdirkan oleh Allah, dan setiap yang dikehendaki Allah pasti akan terlaksan’. Hal ini karena (kalimat) ‘seandainya’ membuka pekerjaan syetan.”
(HR. Muslim, no 4816)
Adapun sifat malas, tidak selayaknya dimiliki oleh seorang muslim. Hendaknya seorang muslim banyak membaca do’a yang telah diajarka oleh Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam
رَبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْكَسَلِ
“Wahai Rabbku, aku berlindung kepadamu dari sifat malas.”
(HSR. Abu Dawud, no 4409)
Renungan
Saudaraku, sesungguhnya setiap apa yang kita lakukan, pasti diketahui oleh Allah Ta’ala, Dzat Yang Maha Mengetahui.
Apakah layak bagi seorang muslim tatkala melakukan perbuatan kemaksiatan, ia merasa malu dan khawatir jika diketahui oleh orang lain namun dirinya seolah-olah melupakan Allah Yang Maha Mengetahui sehingga tidak merasa malu dan khawatir kepada-Nya?
“  Apakah mereka tidak mengetahui bahwa Allah mengetahui segala apa yang mereka sembunyikan dan yang mereka nyatakan?”
(Al-Baqarah:77)
Saudaraku, mungkin, kadang hati ini terasa sangat berat untuk  menerima kebenaran, sangat susah untuk mempelajari ilmu. Anggota badan terasa begitu mudah melakukan kemaksiatan. Demikian pula do’a terasa sangat susah untuk dikabulkan.
Pernahkah kita berfikir, barangkali hati dan anggota badan ini tumbuh dari makanan yang tidak berkah atau mengandung unsur yang haram?
Pernahkah kita berfikir, apakah ijazah dan transkip nilai yang dulu kita gunakan untuk mencari kerja betul-betul asli dan merupakan hasil usaha kita tanpa ada unsur kedustaan dari hasil nyontek?
Saudaraku, apakah seorang penuntut ilmu mampu diharapkan untuk istiqamah ketika berdakwah di tengah-tengah masyarakat, yang tentunya banyak kesulitan dan gannguan yang akan menghadangnya , padahal ia sendiri tidak mampu mengatasi kesulitan kecil pada dirinya ketika menghadapi ujian hingga dirinya nyontek? Allahul Musta’an……
Saudaraku……Setelah kita mengetahui betapa jeleknya perbuatan nyontek ini dan dulu kita pernah melakukannya, marilah kita tutup kejelekan tersebut dengan banyak berbuat kebajikan dan bertaubat kepada-Nya. Mudah-mudahan Allah mengampuni dosa-dosa kita…

“  Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(Az-Zumar: 53)
Akhirnya kita berdoa, mudah-mudahan Allah menyadarkan sebagian kaum muslimin yang masih memiliki kebiasan nyontek, mengampuni dosa-dosa mereka dan menjadikan budaya nyontek terkubur dalam-dalam hingga tidak tercium lagi oleh kaum muslimin. Aamiin.